Penyakit tuberkulosis (TB) disebabkan oleh infeksi Mycobacterium
tuberculosis. Tuberkulosis hingga saaat ini masih merupakan masalah utama
penyakit infeksi di Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara dengan
prevalensi tuberkulosis tinggi dan menempati urutan kedua setelah India
berdasarkan Global Tuberculosis Report 2015. Kuman tuberkulosis paling sering
menginfeksi paru (menular) tetapi sebenarnya dapat menginfeksi semua organ di
tubuh kita di luar paru yang dikenal dengan TB ekstra paru (tidak menular).
Penularan TB paru terjadi melalui udara (airborne spreading) dari droplet infeksi.
Sumber infeksi adalah penderita TB paru yang membatukkan dahaknya, dimana
pada pemeriksaan hapusan dahak umumnya ditemukan basil tahan asam (BTA)
positif. Penularan umumnya terjadi dalam ruangan dengan ventilasi kurang. Sinar
matahari dapat membunuh kuman dengan cepat, sedang pada ruangan gelap
kuman dapat hidup. Risiko penularan infeksi akan lebih tinggi pada BTA (+)
dibanding BTA (-).
Gejala tuberkulosis paru meliputi gejala respiratorik dan gejala sistemik.
Gejala respiratorik adalah batuk berdahak lebih dari dua minggu, batuk dapat
disertai darah, sesak napas, dan nyeri dada. Gejala sistemik adalah demam,
malaise, berkeringat malam, nafsu makan menurun, dan berat badan menurun.
Gejala TB ekstra paru seringkali tidak khas dan muncul sesuai dengan organ yang
terinfeksi misalnya kaku kuduk, sakit kepala menunjukkan kemungkinan meningitis
TB; nyeri tulang belakang menunjukkan kemungkinan spondilitis TB; nyeri perut,
mual, mutah, disuria, diare atau konstipasi menunjukkan kemungkinan TB
abdominal.
Penanganan tuberculosis harus meliputi sisi pencegahan, diagnosis, dan juga
penatalaksanaannya. Penanganan penyakit tuberkulosis menjadi semakin rumit
setelah munculnya strain M. tuberculosis yang tidak lagi peka terhadap obat anti
tuberculosis dan disebut dengan TB multi-drug-resistant (MDR). Tuberkulosis
resisten obat ini dapat terjadi pada organ paru (menular) maupun ekstra paru (tidak
menular). Pengobatan TB MDR harus dengan regimen khusus dengan rentang
waktu yang lebih lama dan efek samping yang lebih besar.
Dalam rangka optimalisasi pelayanan TB DOTS, bagi petugas dokter dan petugas
kesehatan dan meningkatkan pelayanan kesehatan khususnya penyakit tuberkulosis
maka perlu diadakan Workshop untuk meningkatkan pemahaman mengenai
pengelolaan pasien tuberkulosis secara rasional di rumah sakit dan fasilitas
pelayanan kesehatan lainnya.